Senin, 09 Mei 2011

PEDIATRI

KIECKHY’S JOB

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbicara masalah psikologi anak, Pakar Psikologi Perkembangan Erikson memfokuskan pada perkembangan psikososial sejak kecil hingga dewasa dalam delapan tahap.

Perlu diketahui, setiap orang akan melewati tahapan dan setiap tahapan akan mendapatkan pengalaman positif dan negatif. Kepribadian yang sehat akan diperoleh apabila seseorang dapat melewati krisis dalam tugas perkembangan dengan baik.

Pada teori psikologi anak, bayi memerlukan pengasuhan yang penuh cinta kasih sehingga ia merasakan aman. Ketidakkonsistenan dan penolakan pada masa bayi akan menimbulkan ketidak percayaan pada pengasuhnya berlanjut pada orang lain dan lingkungan yang lebih luas.

Alasan kami membuat makalah yang berjudul “Kebutuhan Psikososial Bayi dan Balita” ini adalah untuk mengangkat masalah apa saja yang biasa ditemui bayi dan balita saat berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang sekitar, juga bagaimana ia beradaptasi dengan semua itu, karena pada masa usia dini, banyak hal yang membuatnya tertarik sehingga ingin selalu mencoba, meski terkadang pada hal yang berbahaya. Pada tahap ini orang dewasa harus memberikan dukungannya. Erikson mengingatkan bahwa pembatasan dan kritik yang berlebihan akan menyebabkan tumbuh rasa ragu terhadap kemampuan dirinya.

B. TUJUAN

makalah yang berjudul “Kebutuhan Psikososial Bayi dan Balita” ini bertujuan untuk menjelaskan bagaiamana perkembangan psikososial bayi dan balita, dan bagaimana tahapan dan faktor yang mempengaruhi psikososial bayi dan balita.

C.MANFAAT

Dengan makalah ini kami harap dapat memberikan penjelasan lebih spesifik tentang kebutuhan psikososial anak khususnya bayi dan balita.

1

BAB II

ISI

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL BAYI DAN BALITA

Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH,ASAH,ASUH. Kebutuhan ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, dibantu dan dihargai. Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir.Kebutuhan ASUH meliputi kebutuhan pangan,papan:nutrisi,munisasi, pakaian,kebersihan tubuh dan lingkungan,olahraga,bermain dan beristirahat.

Kebutuhan psikososial merupakan kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang yang Optimal

Meliputi 'Asuh, Asih, dan Asah' yaitu:


1. Kebutuhan Fisis-Biologis (ASUH):

Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat.

a. Nutrisi:

o Sejak anak di dalam rahim, ibu perlu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi.

o Air Susu Ibu (ASI): nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi (terutama pada 6 bulan pertama atau ASI Eksklusif)

o Menu seimbang: protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air

b. Imunisasi: anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

c. Kebersihan: meliputi kebersihan makanan, minuman, udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan transportasi.

2

d. Bermain, aktivitas fisik, tidur: anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal inibermanfaat untuk:

· Merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

· Merangsang pertumbuhan otot dan tulang

· Merangsang perkembangan

e. Pelayanan Kesehatan: anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur (bukan kendaraan aja yang perlu diperiksa teratur, anak juga perlu). Contoh pelayanan kesehatan yang teratur pada anak Balita adalah: anak ditimbang minimal 8 kali setahun, dilakukan SDIDTK minimal 2 kali setahun dan diberikan kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun yaitu setiap bulan Februari dan Agustus. Tujuan pemantauan yang teratur untuk:

· Mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang

· Mencegah penyakit

· Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pentingnya suasana ketika stimulasi dan pola asuh yang demokratik (otoritatif)

Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu), Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Apalagi pengasuh sedang marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif.

Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita .dll

3


2. Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):

Kebutuhan ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, dibantu dan dihargai. Anak memerlukan kasih sayang melalui hubungan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya. Memberi kasih sayang akan sangat membantu tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak yang optimal. Pada tahun-tahunpertama kehidupannya (usia dini) bahkan sejak anak masih didalam kandungan, anak mutlak memerlukanikatan yang menciptakan rasa aman dan nyaman.

Untuk itu upayakan agar:

- anak merasa dilindungi

- memperhatikan minat, keinginan, dan pendapatnya

- memberi contoh, tidak memaksa

- membantu, mendorong/memotivasi

- menghargai pendapat anak

- mendidik dengan penuh kegembiraan melalui kegiatan bermain

- melakukan koreksi dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan ancaman/hukuman).

3. Kebutuhan Stimulasi (ASAH):

Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir.

Untuk memperoleh perkembangan yang optimal, anak perlu 'diasah' melalui kegiatan stimulasi dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual.

Dasar perlunya stimulasi dini:

- milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan dan belum ada hubungan antar sel otak (sinaps)

- orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak

- bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps)

4

- semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak

- semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas

- merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk mengembangkan multipel inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.

- stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-psikososial anak seperti:
kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa,
kemandirian, kreativitas, produktifitas, dst

Orang tua yang bijak akan menganut pola asuh demokratik, mengembangkan kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-spiritual anak.

Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.

Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.

5


2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.


3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun )

Pada tahap ini anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya turut serta merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri.

Peran ayah sudah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara Ayah-Ibu-Anak sangat penting untuk membina kemantapan idantitas diri. Orangtua dapat melatih anak untuk menguntegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahap ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya dari orangtua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mengakibatkan anak merasa aktifitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa bersalah.

6


4. Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )

Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dan dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orangtua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (sifat kompetetif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku.

Kunci proses sosialisasi pada tahap ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standart dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka maka dapat timbul masalah atau gangguan.

5. Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun )

Pada tahap ini terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa. sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa dilain pihak ia dianggap dewasa tetapi disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan, Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya di pandang sebagai teman senasib, patner dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.

Faktor-faktor psikososial

Faktor-faktor psikososial yang dapat mempengaruhi perkembangan masa balita antara lain adalah faktor-faktor stimulai, motivasi, ganjaran dan hukuman yang wajar, teman-teman sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi anak dan orang tua.

7

Kebutuhan dasar anak digolongkan menjadi dua kebutuhan dasar, yaitu :

1. Kebutuhan fisik yang meliputi pangan dan pemenuhan gizi, perawatan kesehatan dasar, ASI dan imunisasi, serta pengobatan di kala sakit. Kemudian tempat tinggal yang layak, kebersihan diri dan lingkungan, pakaian yang layak dan rekreasi.

2. Kebutuhan afeksi. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau ibu pengganti dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembanga anak yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Berperannya kehadiran ibu atau ibu pengganti sedini mungkin dan selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayi, misalnya bila ibu melakukan inisiasi dini dan menyusui bayi segera setelah lahir.

Kekurangan kasih sayang ibu atau ibu pengganti pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosional yang disebut Sindrom Deprivasi Maternal. Kasih sayang dari ayah dan ibu merupakan ikatan yang erat dan pembentukan kepercayaan dasar.

Perkembangan susunan saraf pusat

Otak embrio menghasilkan sel saraf (neuron) jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Selanjutnya sel saraf yang sering digunakan (terangsang) akan makin berkembang, sedangkan yang jarang atau tidak pernah digunakan akan menjadi atrofi sampai lenyap. Saat kelahiran, berat otak adalah ¼ otak dewasa, dan waktu umur 3 tahun menjadi 4/5 berat otak dewasa. Selama itu sel saraf mengalami pertumbuhan akson (yang mengirim sinyal) dan dendrit ( bagian yang menerima sinyal) yang cepat. Sel saraf tumbuh dengan pesat, proses mielinisasi menjadi lebih sempurna, membentuk banyak sambungan (interkoneksi) sehingga menjadi lebih kompleks.
Perkembangan otak berbeda pada setiap bagiannya. Daerah motorik lebih cepat berkembang daripada daerah sensorik. Daerah penglihatan (visual) lebih cepat berkembang dibandingkan daerah pendengaran (auditory). Oleh karenanya, mudah dimengerti bahwa gangguan yang paling awal adalah perkembangan terlambat.

8

Selanjutnya, seorang anak lebih sulit mendengar atau berbicara dibandingkan dengan fungsi penglihatannya. Perkembangan yang cepat dan kompleks dari susunan saraf pusat menyebabkan gangguan pada saat dalam kandungan sampai umur 3 tahun akan sangat mempengaruhi perkembangan anak dikemudian hari. Adanya sifat kompetitif dari sel saraf menyebabkan

pentingnya deteksi dan stimulasi dini. Stimulasi sedini mungkin akan merangsang pertumbuhan saraf menjadi lebih fungsional dan kompleks.

Perkembangan normal dan deteksinya

a. Ukuran antropometri

Bayi normal setiap bulan ukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar kepala (LK) selalu bertambah. Perkiraan berat badan normal pada bayi cukup bulan adalah usia 5 bulan 2 kali berat lahir, usia 1 tahun 3 kali berat lahir dan usia 2 tahun minimal 4 kali berat lahir. Panjang/tinggi bayi cukup bulan adalah saat lahir 50 cm, usia 1 tahun 75 cm sedangkan usia 2 tahun sekitar 87,5 cm. Ukuran lingkar kepala bertambah 7 cm pada usia 6 bulan, 12 cm pada usia 12 bulan dan 15 cm pada usia 2 tahun.


Deteksi gangguan antropometri dilakukan dengan menggunakan kurva BB-TB dari KMS, sedangkan LK menggunakan kurva Nelhaus. Pemantauan dilakukan tiap bulan sampai usia 1 tahun dan tiap 2 bulan sampai usia 2 tahun. Ukuran BB-TB-LK yang tidak bertambah selama 3 bulan atau ukuran LK yang meningkat terlalu cepat harus dicari penyebabnya sedini mungkin.

b. perkembangan motorik kasar dan halus

Perkembangan motorik kasar berlangsung secara Sefalokaudal yakni mulai dari bagian kepala sampai ke kaki. Usia 1 bulan mulai dapat mengontrol kepala secara minimal, usia 2-3 bulan dapat menggerakkan kepala ke kiri – kanan, mengangkat kepala dan dada pada posisi tengkurap, usia 5 bulan sudah mampu mengangkat kepala pada waktu terlentang. Usia 8 bulan mampu berguling-guling dari depan ke belakang dan duduk sendiri tanpa dibantu. Usia 9-10 bulan mampu berdiri dengan bersanggah, sedangkan 12 bulan dapat berdiri tanpa dibantu.
Bersamaan dengan perkembangan diatas, bayi mengalami perkembangan bergerak (lokomosi). Bayi mulai belajar merangkak pada usia 7 – 9 bulan, usia 10 bulan mulai melangkah dengan dibantu dan pada usia 12 bulan sudah dapat berjalan sendiri. Kemampuan berjalan normal dapat terjadi sampai usia 18 bulan.

9


Kemampuan motorik halus meliputi meraih, menggenggam dan melepaskan dengan tangan. Bayi baru lahir mempunyai refleks menggenggam bila telapak tangannya disentuh dengan jari kita. Usia 4 bulan menggenggam benda dengan seluruh jari dan telapak tangan, usia 6 bulan memegang benda dengan ibu jari dan 2 jari lainnya.. Mengambil benda dengan ibu-jari dan jari lainnya pada usia 12 bulan, sedangkan usia 18 bulan mampu melepaskan mainan dari tangannya dengan baik.


Kecurigaan adanya gangguan perkembangan, bila dijumpai bayi dengan:

•Usia 4 bulan belum dapat mengangkat kepala, dan telapak tangan masih tergenggam
• Usia 8 bulan belum dapat tengkurap

• Usia 12 bulan belum dapat duduk

• Usia 18 bulan belum dapat berjalan

Gangguan perkembangan tertentu tanpa disertai gangguan lain seperti mikrosefali masih mungkin dijumpai pada keadaan normal.

c. Penglihatan dan pendengaran Sejak lahir bayi sudah dapat melihat. Usia di bawah 2 bulan mata belum dapat terfiksasi dengan baik.

Usia 2-3 bulan sudah dapat mengikuti benda-benda yang digerakkan di depan mata. Akomodasi mata tampak pada usia diatas 3 bulan.

Perkembangan pendengaran bayi dapat dinilai pada usia 3 bulan dengan adanya reaksi terkejut terhadap suara keras, tertawa mengeluarkan suara,usia 6 bulan dapat melihat ke arah suara, berceloteh bila diajak bicara; senang bermain dengan mainan yang mengeluarkan suara. Usia 12 bulan dapat mengikuti perintah, bicara menggunakan konsonan (b,d,g,m,n),usia 18 bulan menunjuk bagian tubuh bila ditanya, menirukan kata baru, mengucapkan 10-20 kata, sedangkan usia 2 tahun dapat mengikuti petunjuk sederhana, menyebutkan namanya sendiri dan membuat kalimat dengan 2 kata’mau makan’.

10

Dicurigai adanya gangguan penglihatan dan / atau pendengaran bila dijumpai:
• Usia 2 bulan mata terlihat selalu bergerak-gerak (nistagmus) atau juling (strabismus)

• Usia 4 bulan sewaktu menyusui jarang menatap mata ibunya

• Usia 6 bulan tidak berceloteh bila diajak bicara

• Usia 12 bulan tidak dapat mengikuti perintah, bicara masih monoton

• Usia 18 bulan tidak dapat menunjuk bagian tubuh bila ditanya, atau perbendaharaan kata yang terbatas

d. Psikososial

Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang yang dikenal, usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak social, dan usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat merangkak atau meraih sesuatu. Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya dan usia 2 tahun mulai mngikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain.

Adanya gangguan psikososial ini kemungkinan dapat memperkirakan apakah anak akan cendrung menjadi pendiam atau hiperaktif. Adanya gangguan ini perlu mendapatkan perhatian orang tua, karena biasanya berhubungan dengan gangguan lainnya seperti hiperaktif dengan terlambat bicara.

Bayi risiko tinggi

Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami hambatan dalam tumbuh kembang selanjutnya.misalnya Masa kehamilan :

• Menderita infeksi saat hamil: toxoplasma, sitomegalovirus, rubella, herpes, sifilis, HIV/AIDS (TORCH), atau infeksi lain

• Gangguan pada saat kehamilan: kecelakaan, muntah-muntah berlebihan (hyperemesis), gangguan emosional, cairan ketuban yang berlebihan (hidramnion), perdarahan, anemia, ketuban pecah dini lama atau mendapat anastesia umum

• Kehamilan pertama pada usia > 35 tahun

11

• Kehamilan kembar, riwayat keguguran berulang

• Minum obat-obatan dalam jangka lama : anti asma, antiepilepsi, narkoba, obat untuk

Usia dini merupakan golden age perkembangan anak. Perkembangan anak usia dini dimulai sejak pranatal. Pada saat itu, perkembangan otak sebagai pusat kecerdasan terjadi sangat pesat. Setelah lahir, sel-sel otak mengalami mielinasi dan membentuk jalinan yang kompleks (embassy) sehingga nantinya anak bisa berfikir logis dan rasional. Selain otak, organ sensoris seperti pendengar, penglihatan, penciuman, pengecap, perabaan, dan organ keseimbangan juga berkembang pesat. Sedikit demi sedikit anak dapat menyerap informasi dari lingkungannya melalui organ sensoris dan memprosesnya menggunakan otaknya.

Teori konvergensi merupakan teori yang mengedepankan perpaduan antara faktor genetis dan pengaruh lingkungan serta melancarkan konsep bahwa anak lahir sebagai unitas 8 multipleks, yaitu lahir sebagai individu yang memiliki lebih dari satu bakat.

Konsep ini diperkuat dengan teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner (2003). Menurut Gardner, biasanya anak memiliki lebih dari satu bentuk kecerdasan, tetapi amat jarang anak yang memiliki kedelapan bentuk kecerdasan tersebut. Selai itu, ada pemikiran baru yang terkenal antara lain adalah faham konstruktivisme berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kontekstual Vygotsky, psikososial Erik Erikson, kegiatan bermain Smilansky, dan Bronfenbrenner tentang sosialisasi anak dalam konteks ekologi. Teori ekologi ini mempelajari interelasi antar manusia dan lingkungannya.

Ada 4 (empat) struktur dasar dalam konsep tersebut, yaitu sistem mikro, meso, exo dan makro. Sistem mikro adalah keluarga dan hubungan antara anggauta keluarga. Apabila anak sudah bersekolah maka ia berada dalam sistem meso. Sistem exo adalah setting di mana anak tidak berpartisipasi aktif tetapi terkena pengaruh berbagai sistem seperti pekerjaan orang tua, teman dan tempat kerja orang tua serta berbagai lingkungan masyarakat lain. Sistem makro berbicara tentang budaya, gaya hidup dan masyarakat tempat anak berada. Semua sistem tersebut saling pengaruh-mempengaruhi dan berdampak terhadap berbagai perubahan dalam perkembangan anak.

12

Dalam tahap perkembangan manusia yang diajukan oleh Erikson, anak-anak pada masa Toddler dan school age, berada dalam tahap learning initiative versus guilt (purpose) dan industry versus inferiority (Competence). Erikson berpendapat bahwa krisis psikososial ketiga terjadi selama apa yang dia sebut “usia bermain,” atau di akhir masa prasekolah (dari sekitar 3 ½ sampai masuk ke sekolah formal). Selama itu, anak sehat berkembang belajar: (1) untuk membayangkan, untuk memperluas keahliannya melalui bermain aktif dari segala macam, termasuk fantasi (2) bekerja sama dengan orang lain (3) untuk memimpin serta mengikuti. Namun terhalangi oleh perasaan bersalah, yaitu: (1) takut (2) berada di pinggiran kelompok (3) terlalu bergantung pada orang dewasa dan (4) terbatas baik dalam pengembangan keterampilan bermain dan dalam imajinasi.

Selanjutnya, krisis psikososial keempat, terjadi pada masa ‘’usia sekolah” sampai masuk SMP. Di sini, anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih formal: (1) berhubungan dengan rekan-rekan sesuai dengan aturan (2) maju dari bermain bebas untuk bermain yang rumit terstruktur dengan aturan dan mungkin menuntut kerja sama tim formal, seperti bisbol dan (3 ) menguasai ilmu-ilmu sosial, membaca, aritmatika. Pekerjaan rumah adalah kebutuhan, dan kebutuhan untuk meningkatkan disiplin diri tahunan. Anak yang telah sukses melewati masa krisis psikososial sebelumnya, mendapatkan kepercayaan, otonom, dan penuh inisiatif akan mudah belajar untuk cukup rajin. Namun, anak curiga akan ragu masa depan. Anak yang penuh rasa malu dan rasa bersalah akan mengalami kekalahan dan rendah diri.

Dalam perkembangannya, anak mempunyai berbagai kebutuhan, yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang mencakup pangan, sandang, dan ‘papan’ ; serta kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan penghargaan terhadap dirinya sebagaimana teori kebutuhan dari Maslow.

Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya dengan menghadirkan pemicu untuk mengembangkan seluruh potensi secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan ini banyak tergantung dari cara lingkungan interaksi dengan anak-anak. Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang saling berinteraksi dengan individu, melalui pendekatan yang sifatnya memberikan perhatian, kasih sayang dan peluang untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan taraf dan kebutuhan perkembangannya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH,ASAH,ASUH. Kebutuhan ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, dibantu dan dihargai. Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir.Kebutuhan ASUH meliputi kebutuhan pangan,papan:nutrisi,munisasi, pakaian,kebersihan tubuh dan lingkungan,olahraga,bermain dan beristirahat.

Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.

Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak adalah sebagai berikut:
1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah ( 3-6 tahun )

4. Industri Vs Inferioritas ( 6-12 tahun )

5. Identitas Vs Difusi Peran ( 12-18 tahun )

Faktor-faktor psikososial yang dapat mempengaruhi perkembangan masa balita antara lain adalah faktor-faktor stimulai, motivasi, ganjaran dan hukuman yang wajar, teman-teman sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi anak dan orang tua.

14

B. SARAN

Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan masukan, kritik, serta saran dalam melakukan pengkajian tentang ”Perkembangan Psikososial bayi dan Balita”. Kritik dan saran yang membangun, agar dikedepan kami dapat membuat makalah yang lebih baik.

15


DAFTAR PUSTAKA

http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1992413152651

http://dr-anak.com/

http://bayoesmartboy.blogspot.com/2008/04/perkembangan-psikososial-erikson.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar